Repost 28 Agustus 2017
Dear reader........... balik lagi untuk curhat ya...
Hari hari terus aku lalui, kali ini tentu saja masih cerita
antara aku dan dia. Kita masih berhubungan selayaknya sebagai sahabat namun
tidak untuk sebagai pacar. Hubungan yang sebenarnya hingga saat ini masih
sulit untuk aku terima karena kebersamaan selama ini dengannya tentu tak
semudah itu untuk langsung di lupakan. Hubungan Emosional antara aku dengannya
yang sudah berjalan lama, hubungan emosional yang tidak hanya sekedar cinta
namun juga saling menyayangi.
Hijrahnya dia tentu sangat berpengaruh terhadap psikologi
diriku. Meski kita masih sering ketemu dan sering berdiskusi mengenai berbagai
hal, namun diri ini ada yang kurang, diri ini merasa hampa dan kadang cukup
emosional ketika sudah tak ada lagi saling berpelukan mesra atau berciuman
meski tidak harus ML. Ya aku memang harus memahami ini, karena perubahannya
memang cukup drastis, walau yang aku tidak bisa terima adalah 3 hari menjelang
dia Meritpun kita masih ML , namun kemudian hilang. Walau dia tetap
meyakinkanku kalau dia masih sayang terhadapku walau kadar sayang sekarang ini
adalah berbeda dengan yang dulu itu kata dia, kadar sayang sekarang ini adalah
kadar sayang untuk ketaatan. Ya sudah akupun tidak bisa memaksanya. Walau jujur
dari lubuk hati terdalam aku sangat ingin untuk diperlakukan sama seperti dulu.
Namun itu mustahil.
Hari jumat kemarin, 25 Agustus dia nginap di rumah dan
istrinya tidur dirumah orang tuanya. Sejujurnya aku berharap ia bisa kembali
seperti dulu dengan mesra namun itu memang tidak terjadi, walau sebelumnya
ketika kita bertengkar dia sudah berjanji untuk ini dan itu. Kita tidur
seranjang, peluk sekedarnya dan tentu saja ada hal-hal yang tak bisa aku
ceritakan, namun yang pasti akhirnya dia tidak mau disentuh walau hanya sekedar
memegannya. Ya aku emosi, aku marah karena hari sebelumnya ia pun membolehkan aku
untuk itu. Sesuatu yang aku bayangkan memang tidak terjadi, jujur.........
ketika seharian aku bersamanya aku takuuut sekali untuk datangnya malam. Betul
ini seperti di film-film namun aku betul-betul takut kalau malam tiba kala itu,
takut apa yang aku harapkan tidak tercapai. Dan ketakutanku itupun
terbukti. Malam itu dia tidur lengkap dengan sarung. Padahal ketika sebelumnya
di bahas pas di depan rumah ia berjanji untuk tidur gak pakai sarung namun,
tapi ya janji itu hanya omong kosong belaka. Ah apakah aku seks saja yang
dipikir? Jujur bukan itu namun seks memang perlu, namun seolah terlecehkan
kalau aku harus berharap terus terhadapnya.
Malam itu, adalah episode kita bertengkar hebat, bertengkar
terhebat selama 8 tahun kebersaman, ya ada 3 kali sesi kita bertengkar
mempertahankan pendapat masing-masing. Sulit di percaya namun ini memang
terjadi. Aku di tonjok, aku dipukul demikian pula sebaliknya aku juga nonjok,
aku mukul dan terhebat adalah ada beberapa luka di bagian tubuhku karenanya.
sakit? ya kali ini tidak hanya sekedar sakit di hati namun juga sakit secara
fisik. untuk dipukul atau di cubit olehnya hingga tubuhku memar itu adalah hal
yang sudah biasa bagiku, namun kali ini lukanya bukan sekedar memar namun luka
berdarah. Dulu ketika marah aku sering di cubit namun tak mengapa itu hanya
memar saja dan aku juga sering fotoin sebagai kenang kenangan namun kali ini
memarnya beda. Dia mengancamnya dengan menyebut nama Allah, dia mengancamku
agar Allah menurunkan azabnya/peringatan baik secara kasar maupun halus
terhadapku. Deg ... hati ini kaget... ya aku takut akan hal itu............
Reader........., hati ini takut tentu saja di gituin aku
hanya bisa berdoa agar kejadian itu tidak terjadi, dan aku menyesali andai dia
dulu tidak pernah nginap di tempatku, andai saja dulu dia tidak pernah datang
padaku tentu saja itu gak akan terjadi. Kadang ini gak adil.....sangat tidak
adil ketika dia berbuat seperti itu. ya aku hanya bisa bersedih kan hal itu.
Apakah episode malam itu berakhir? ternyata belum berakhir. Pasca berantem kita
saling berpelukan meminta maaf dan menyesali apa yang terjadi.... akhirnya
malam itu kita tidur jam 2 pagi, karena jam 4 harus bangun..........,
Kemudian jam 4.20 dari alarm hp aku terbangun dan
membangunkannya, pagi itu kita ada aktivitas bersama, selama dalam perjalanan
di mobil kita saling diam hingga pulangnyapun masih saling diam, entah apa yang
ada dalam benak masing-masing. Sampai rumah dia langsung ke kamar sementara aku
di kamar depan sambil liat tv, gak betah kali ini aku pindah kamar namun tidak
dikamar yang sama. Akhirnya dia memanggilku untuk menyelesaikan permasalahan.
Siang itu kita bicara.... ya sebuah akhir yang aku sendiri entah harus
bagaimana. Aku sadar ini tidak baik, namun biarlah kali ini aku harus mengalah.
biarlah ini menjadi bagian dari hidupku, biarlah dia dengan jalannya. Biarlah
aku harus jalanin dan semoga aku diberikan jalan yang lurus.
Hubunganku sama dia kali ini memasuki babak baru, aku
biarkan aku berusaha untuk tidak emosi walau kadang masih kesal juga namun
mencoba untuk lebih baik. bahkan kalau dia mengirim WA ketika di rumah itupun
hanya sekedarnya saja kadang tidak berlanjut. Ya harus paham diriku mungkin dia
takut sama istrinya sehingga ngirim WA hanya seperlunya, mungkin kalau dirumah
sebagai pengantin baru dia berduaan terus dengan istrinya sehingga takut
ketauan. Ya kali ini aku harus memahaminya. Bagaimanapun aku bukan siapa-siapa
dibanding dengan L istrinya. Kebersaman selama delapan tahun ini lambat laun
juga akan hilang, aku gak perlu nuntut apa-apa. Biar dia bahagia dengan
dirinya.....
Kalau dia bilang sangat menyanyangiku ya itu makasih banget
namun aku butuh tidak sekedar sayang dalam ucapan saja, R... andai kau tahu
hatiku tentu kau akan memperlakukan aku lebih dari itu namun 'hijrah'mu aku
hargai...Entah aku harus senang atau bersedih dengan keadaanku seperti ini,
namun semoga aku tidak terpuruk akan keadaan ini dan bisa segera move on.
Buat yang tidak sepaham tolong gak usah komentar yaa....
terima kasih.
No comments:
Post a Comment