Repost 8 September
Selamat pagi….
Dear pembaca setia blogku… maaf kalau akhir akhir ini aku
kebanyakan curhat, melepaskan segala apa yang menjadi uneg-uneg di hati
sanubari agar setidaknya terlepas dari beban ini walau hanya sementara dan
kemudian teringat lagi.
Kemarin, 7 September seperti biasa aku bertemu dengan R, ya
pertemuan yang tadinya aku hindari sih…. Kebetulan aku keluar rumah lebih awal
dan dia datang membawa bubur ayam yang akhirnya harus basi karena disuruh
ditaruh di kulkas namun Cuma di taruh diatas kulkas. Akhirnya mubazir dan gak
kemakan. Kita ketemu di sebuah masjid untuk sholat duhur bersama, untuk
kemudian ngobrol di sebuah kantin dekat masjid, ia cerita kalau istrinya yang
sedang hamil muda pulang kerumah orang tuanya karena mual mual dan dia tidak
ikut. Singkat cerita dia bilang bagaimana kalau nginap lagi apakah aku akan
marah-marah lagi seperti sebelumnya atau enggak. Jawaban kali ini dariku adalah
gak usah nginap karena akupun takut tiba-tiba emosi dan ujung-ujungnya ribut
juga dengannya, namun agaknya ia tidak senang dengan itu karena mungkin yang
diharapkan dia aku membolehkannya dan aku bisa meyakinkan dia untuk tidak
emosi, namun setelah di pertimbangkan alangkah lebih baiknya kalau dia memang tidak
menginap.
Bukan apa, diri ini masih sulit untuk melupakan masa-masa
bersama takut emosi karena sebelumnya dia pun membolehkan untuk memeluk dan
menciumnya. Ah lagi-lagi aku takut, karena dia memang sudah hijrah. Hingga
akhirnya nginap terakhir sebelum ini menjadi puncak kemarahan karena apa yang
dia bilang tidak terbukti.
Sekitar jam setengah 10 malam aku sampai rumah dan mengecek
bubur darinya yang memang sudah tidak layak makan. Aku Capture dan ucapan
terima kasih dan ijin untuk tidak memakannya karena sudah tak layak makan via
whatsapp
Jam 22.36 ia membalasnya dan bilang dalam perjalanan ke
rumah dia ‘sendirian’ karena setelah sebelumnya istrinya pulang ke rumah orang
tuanya sorenya dia ngabari kalau engkong istrinya meninggal dan dia menyusulnya,
aku pikir pulang bareng istrinya juga ternyata tidak. Dia bilang mau tidur
sendiri dirumah dan mengabarkan akan ada interview esoknya. Akhirnya aku coba
balas untuk mengingatkan tentang cita-cita dia kalau bekerja dan aku tawarkan
kalau mau pulang ke rumah ini silahkan aja, ada dua kamar yang bisa dia pilih
walau gak tidur bersama, untuk menghindari aku emosi. Akhirnya dia memutuskan
untuk pulang kerumah ini dan mengabarkan via WA kalau dia memilih kamar depan,
namun berhubung saya jg tidur di kamar depan dan poisisi sudah ngantuk akhirnya
aku bilang bangunkan aku untuk pindah ke belakang kalau dia sudah sampai, tak
lupa aku memohon ijin dia kalau aku tidur pakai CD kalau itu aurat aku mohon
agar dia datang menutup matanya.
Aku tidur dan dia datang, membuka pintu setelah dia mandi,
aku bergegas bangun karena takut mengganggunya, namun ia tahan, dia bilang
sudah tidur dikamar depan saja bareng dia. Karena ngantuk aku biarin saja dia
tidur di sampingku sambil tiba-tiba memelukku, ya aku kaget juga sekaligus
takut, takut aku jadi baper. Dia memelukku dengan hanya memakai CD sementara
aku pakai tshirt dan cd, sambil sesekali dia menciumku dan merabaku. Lama hati
ini terdiam dan tidak membalasnya. Ada perasaan takut. Namun akhirnya saling
berpelukan dan berciuman sambil sesekali saling meraba. Lama sekali antara
lelah pengin tidur namun gak bisa tidur, antara pengin tidur namun takut untuk
melepaskan kesempatan seperti ini. Akhirnya sebuah kejadian terjadilah antara
kita berdua. Senang? Ya aku berharap aku senang dan dia pun senang, namun
seperti yang sudah-sudah akhirnya dia blg kenapa terjadi lagi. Sebuah
penyesalan yang ada dibelakang. dan kenapa itu terucap? tidak kah kau merasakan
apa yang aku rasakan. Ah andai seperti yang kamu bilang kalau aku ada diposisimu,
akupun ingin sekali bertukar posisi agar kamu tau apa yang aku rasakan. Agar
aku juga bisa merasakan apa yang kamu rasa.
Sebuah penyesalan dari diriku juga kenapa mesti terjadi
kalau akhirnya menyakiti. Sebuah kenikmatan yang menyakitkan. Skip kita tidur
dan dibangunkan oleh alarm untuk sholat subuh, akhirnya aku bangun dan mandi
sementara ia msh tertidur aku sudah mencoba membangunkan namun tak terbangun.
Akhirnya jam 6 pagi baru ia terbangun dan langsung mandi. Dan tentu saja
seperti biasa ia menyesali kejadian semalam, jujur aku pura-pura untuk tidak
mendengarnya karena capek dan capek begini terus, tidakkah ia merasakan nikmat
juga? Aku biarkan dia ngomong dan aku diam saja tanpa sepatah kata. Tanpa minta
dibuatkan Teh dia akhirnya berpamitan untuk pergi interview, setelah sebelumnya
aku tanya hari ini jemput nyonye apa gak, ya sebutan untuk istrinya adalah
nyonye meski di hpnya dengan sebutan pakai Bahasa arab juga. Sebelum mandi dia
menerima telepon dari istrinya dan ada ketawa juga disana. Namun pagi ini dan
entah sudah berapa lama ia tidak ada senyum sama sekali, Sudah tidak ada
becanda seperti dulu lagi, wajahnya cemberut dan tidak ceria sesuatu yang udah
lama tidak aku temui kalau bersamaku, namun akan becanda-becanda kalau bersama
L istrinya. Aku beberapa kali melihatnya. Ngiri? Ya jujur iri kenapa ia tidak
memperlakukan aku seperti itu juga, Ia memang pandai membuat senang hati
istrinya dan ya sadar itu memang tidak bisa di perbandingkan,
perbandingan antara aku dan L. Betul sekali itu beda, namun kalau aku
hanya sebagai ganjalan saja dan tidak membuatnya ceria, rasanya hati ini cukup
berdosa. Kalau kamu beberapa kali menyuruh aku untuk ceria kembali tetapi
kenapa kamu sendiri tidak ceria saat bersamaku? Kalau hanya beban berat saja
saat ada aku, sekarang aku sadar dan cukup legowo. Tapi ya sudah ini
menjadi jalanku. Semoga interview kamu hari ini lancar dan diterima bekerja
kembali walau dulu secara idealism dia tidak mau kerja kalau bosnya begini
begitu blab la bla, tapi kalau soal urusan uang ya soal lain lah kita harus
realistis juga. Aku hanya bisa mensupportmu dari jauh
Terima kasih sudah tidur disini walau memang rasanya sudah
sangat lain.
Buat pembaca yang tak sepaham gak usah komentar aneh-aneh
yaa…….cukup baca. Simple kan?
No comments:
Post a Comment